Berdasarkan data DPE, Kota 1001 Gua ini
memiliki kandungan bahan tambang hingga 33 jenis. Mulai dari mineral
logam, bukan logam dan batuan, batubara, hingga radio aktif. Sejumlah
bahan tambang yaitu bentonit, feldspar, kalsit, piropilit, marmer,
zeolit, batuan beku, tanah liat plastis, sirtu, batu gamping, emas,
batubara, Uranium, Timah Putih, Nikel, Timah Hitam, Emas, Mangan,
Tembaga, Seng, Batu Gamping, Dolomit, Gibsum, Fosil Kayu, Batu
Rijang/Batu Api, Kristal Kuarsa, Kalsedon/Agat, dan Jasper.
Dilihat dari kondisi dasar, topografi,
struktur dan jenis batuan yang 85 % merupakan bagian seluruh wilayah
Kabupaten Pacitan, ternyata di dalamnya banyak mengandung bahan tambang
yang melimpah. Adapun bahan tambang yang ada dengan klasifikasi golongan
A, golongan B dan golongan C, yang dianalisa masih rendah dalam
memberikan kontribusi kepada peningkatan pendapatan masyarakat yang
akhirnya peningkatan pendapatan daerah.
Berdasarkan hasil pemetaan yang
dilakukan oleh Dinas Pertambangan Propinsi Jawa Timur menunjukkan adanya
sebaran, luas areal, besarnya cadangan serta kualitas bahan galian yang
ada di Kabupaten Pacitan sejumlah 33 jenis bahan tambang. Sedangkan
untuk bahan Tambang yang di eksploitasi di Pacitan adalah sebagai
berikut
Bentonit,
adalah sejenis tanah liat yang dapat mengembang bila menyerap air.
Bahan tambang ini sudah diusahakan sejak tahun 1987 oleh PT. Indobent
Wijaya Mineral di Kecamatan Punung. Kondisi luas area : 21.000.000 m³,
dengan rincian areal yang dieksploitasi 55,518 Ha. Untuk kegunaan
bentonite sendiri adalah sebagai bahan keramik halus penjernih minyak
kelapa dan kelapa sawit, pemboran minyak, gas dan panas bumi, industri
pengecoran logam, pengelolaan limbah, pemboran air bersih.
Feldspar,
adalah jenis mineral berbentuk kristal, terutama Kalium, Aluminosilika,
Sodium dan Kalsimum yang dibentuk oleh dua lempengan menyerupai bentuk
sudut, umumnya berwarna abu-abu muda, kuning kecoklatan. Bahan tambang
ini sudah dieksplorasi oleh beberapa perusahaan dengan berbagai jenis
seperti keramik dinding, lantai, kebun maupun kebutuhan rumah tangga
lain seperti vas bunga, tempat lilin, lamoou dan pigura foto yang telah
menembus luar negeri melalui Propinsi Bali. Luas areal kandungan 950
Ha/46 juta m³, dengan rincian areal yang dieksploitasi 18,3818 Ha.
Kegunaan dari feldspar adalah sebagai bahan industri keramik, porsilin,
isolasi listrik, cat, gelas flux dan karet.
Kalsit, atau
kalsit lebih dikenal dengan “Batu Bintang”. Unsur utamanya yang
terkandung adalah marmer dan zat kapur, CaCO3 dengan warna putih ke
kuning-kuningan serta memancarkan cahaya. Luas areal di Pacitan adalah
443.700 m², dengan rincian areal yang dieksploitasi 18 Ha. Kalsit
berfungsi sebagai bahan gelas/kaca, Kosmetik dan pasta.
Piropilit,
adalah mineral berwarna hijau, berbentuk foliat dan butiran granula.
Areal siap dieksplorasi seluas 37 Ha, dengan fungsi utama adalah sebagai
bahan baku industri keramik dan porselin. Saat ini piropilit diusahakan
hanya berskala kecil dengan produksi rata-rata ± 25-50 m³ perhari dan
dikirim ke industri keramik di Jakarta, Cirebon, Surabaya, Semarang dan
Tulung Agung.
Marmer, adalah
jenis batuan dengan warna abu-abu, kuning kecoklatan dan kemerahan
diusahakan masih sebatas tradisional. Luas areal 300 Ha (77juta m³),
dengan rincian areal yang dieksploitasi 47 Ha. Untuk marmer di Pacitan,
metode eksploitasinya masih dilakukan masyarakat secara tradisional.
Fungsi utamanya adalah untuk batuan hias, Ornamen, Ubin, mebel dan bahan
bangunan lainnya.
Zeolit,
Kegunaan tambang ini adalah sebagai bahan pembersih/ penyerap zat cair
dan udara, campuran makan ternak. Luas areal yang dieksploitasi di
Pacitan adalah 11,292 Ha dari luas Areal 59.100 Ha.
Batuan Beku,
yang termasuk jenis batuan beku antara lain Batu Desit, Basalt dan
Andesit dan banyak terdapat di Nawangan, Pacitan, Ngadirojo dan Tulakan.
Luas areal 10 juta m³, dengan fungsi adalah untuk keperluan bahan
bangunan (pondasi Jalan dan lain-lain) dan diusahakan secara
Tradisional. Sedang untuk batuan beku yang berbentuk bongkahan-bongkahan
besar saat ini sudah diusahakan oleh perusahaan untuk Tegel dan
Keramik, Tempat lilin dan lampu.
Ball Clay,
disebut juga Tanah Liat Plastis. Ciri khas dari bahan galian ini adalah
warna abu-abu, kemerahan, berbutir sangat halus dan mempunyai kekenyalan
yang tinggi sehingga apaabila kena panas bentuk dan warna tidak
berubah. Eksploitasi masih dilakukan oleh penduduk secara tradisional,
dengan fungsi adalah untuk industri keramik halus dan porselin dan
Gerabah halus.
Sirtu, terdiri
dari pasir, kerikil, kerakal yang merupakan material lepas sebagai
hasil pelapukan, erosi dan pengendapan batuan yang berasal dari
sekitarnya. Luas areal tidak terbatas, sepanjang aliran sungai grindulu,
barak, brongkah, sundeng, tani, tumpuk, guyangan dan Ngrato. Areal
dieksoloitsi berdasarkan SIPD, sampai sekarang terdapat 46 penambang
yang mencapai 48,93 Ha dengan jumlah produksi: 20.688 ton. Kegunaan dari
sirtu ini adalah untuk bahan pembangunan jalan dan campuran beton.
Batu Gamping,
saat ini banyak dilakukan oleh masyarakat setempat secara tradisional
sebagai bahan bangunan ( pondasi dan campuran semen bangunan) itu pun
untuk konsumsi lokal, kegunaan lainnya adalah untuk bahan pembuatan
gelas, pertanian, industri gula Filter cat, kaporit dan industri
plastik.
Emas, biji
emas dijumpai bersama-sama di lingkungan biji “Base Metal” di Desa
Pagerejo Kecamatan Ngadirojo dan Desa Kebonsari Kecamatan Punung. Areal
yang dieksploitasi untuk emas ini adalah di Kecamatan Punung, Kecamatan
Ngadirojo, Kecamatan Tegalombo.
Selain yang sudah dieksploitasi
tersebut, diwilayah Pacitan juga beberapa waktu lalu, diduga ada potensi
pertambangan lainnya, upaya perluasan wilayah yang diperkirakan
berpotensi sebagai kilang minyak dan gas bumi lepas pantai, salah
satunya adalah wilayah laut Pacitan juga masuk dalam kategori berpotensi
mengandung cadangan minyak dan gas alam. Apalagi melihat memang Pacitan
juga memiliki wilayah Pantai yang cukup luas untuk pengembangan SDA
yang dikhususkan pengelolaan minya bumi dan gas alam di Pacitan.
Namun demikian, tidak semua potensi
pertambangan itu dapat dieksploitasi. Hal ini terkait faktor pelestarian
lingkungan hidup dan potensi pariwisata Pacitan. Di daerah ini terdapat
tiga kecamatan yang dinyatakan steril dari segala bentuk aktivitas
penambangan, yaitu Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung, dan Kecamatan
Pringkuku. Kendatipun, di area tersebut sudah terdeteksi sumber bahan
tambang fosfat dolomit dan pasir besi. Kebijakan pertambangan ini telah
berlaku sejak dikeluarkannya Instruksi Bupati Nomor 4 Tahun 2009. Lebih
khusus lagi, wilayah terlarang bagi penambangan berada di wilayah
selatan dan pesisir sepanjang kurang lebih 30-an kilometer yang
merupakan bagian dari jajaran Pegunungan Sewu.
Munculnya instruksi bupati tersebut juga
tidak lepas dari kebijakan di Kementerian Budaya dan Pariwisata
(Kemenbudpar) yang mengusulkan kawasan karst di Pacitan Barat sebagai
geopark ke UNESCO. Konservasi alam dan lingkungan di Pacitan Barat
dimaksudkan untuk mencegah kerusakan kawasan karst di Pacitan..
Sesuai Keputusan Menteri Energi Sumber
Daya Mineral (ESDM) Nomor 1456/Kepmen/1998, kawasan karst dibagi menjadi
tiga. Di kawasan satu, segala jenis penambangan dilarang sedangkan di
kawasan kategori dua penambangan boleh dilakukan tetapi terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar